✍ Oleh: Aziz Amin | Wong Embuh
Trainer & Profesional Hipnoterapis di Griya Hipnoterapi MPC sejak 2012
Pendahuluan
Masa remaja adalah fase yang unik dalam kehidupan anak, penuh dengan eksplorasi, pencarian jati diri, dan keinginan untuk lebih mandiri. Sebagai orang tua, kita tentu ingin tetap menjadi bagian dari perjalanan mereka tanpa kehilangan rasa hormat yang seharusnya. Namun, bagaimana caranya agar kita tetap bisa menjadi sosok yang asyik, nyaman diajak ngobrol, tetapi juga tetap dihormati?
Di sinilah pendekatan Hipnoparenting berperan penting. Hipnoparenting adalah seni mendidik anak dengan memanfaatkan pola komunikasi persuasif, sugesti positif, dan pemahaman terhadap pikiran bawah sadar anak. Dengan pendekatan ini, kita bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan remaja tanpa harus bersikap otoriter atau kehilangan wibawa.
1. Menjalin Koneksi Sebelum Koreksi
Banyak orang tua terlalu cepat menegur atau mengoreksi tanpa lebih dulu membangun koneksi yang baik. Akibatnya, anak remaja sering merasa tidak dipahami dan justru semakin menjauh.
Cara membangun koneksi dengan remaja:
✅ Luangkan waktu berkualitas (quality time), misalnya dengan berbincang santai saat makan malam.
✅ Dengarkan lebih banyak daripada berbicara. Remaja butuh didengar, bukan hanya dinasihati.
✅ Gunakan teknik mirroring, yaitu menyesuaikan bahasa tubuh dan gaya komunikasi agar anak merasa lebih nyaman.
📌 “Anak remaja yang merasa dipahami akan lebih mudah diarahkan.”
2. Berkomunikasi dengan Bahasa yang Nyaman bagi Remaja
Sering kali orang tua masih menggunakan gaya komunikasi otoritatif: “Kamu harus...”, “Jangan begini...”, “Kalau nggak nurut, awas ya!” Padahal, gaya komunikasi seperti ini sering kali memicu resistensi.
Gantilah dengan pendekatan yang lebih persuasif:
💡 Gunakan bahasa yang lebih santai dan sesuai dengan dunia mereka.
💡 Ajukan pertanyaan terbuka, misalnya: “Menurut kamu, gimana cara terbaik menghadapi masalah ini?”
💡 Berikan pilihan, bukan paksaan. Ini memberi mereka rasa memiliki kontrol atas hidup mereka.
📌 “Bahasa yang santai tapi tetap memiliki pesan kuat akan lebih mudah diterima oleh remaja.”
3. Memberikan Sugesti Positif yang Masuk ke Bawah Sadar
Hipnoparenting mengajarkan bahwa kata-kata yang kita ucapkan bisa masuk ke bawah sadar anak dan membentuk pola pikir mereka. Daripada berkata, “Kamu selalu malas,” lebih baik katakan, “Kamu punya potensi besar kalau mau lebih disiplin.”
✔ Berikan afirmasi positif, misalnya: “Ayah/Ibu percaya kamu bisa mengambil keputusan yang baik.”
✔ Gunakan cerita atau analogi yang relevan, karena remaja lebih mudah memahami pesan melalui kisah inspiratif.
📌 “Apa yang sering didengar anak akan menjadi bagian dari identitas mereka.”
4. Memberikan Batasan dengan Tegas tapi Lembut
Menjadi orang tua yang asyik bukan berarti membiarkan anak melakukan apa saja. Remaja tetap butuh batasan yang jelas, tetapi cara penyampaiannya harus cerdas.
🚀 Gunakan metode “3P” dalam menetapkan aturan:
1️⃣ Penjelasan: “Kenapa aturan ini ada?” (Misalnya, "Kamu perlu tidur cukup supaya bisa fokus belajar.")
2️⃣ Penerapan: Terapkan aturan dengan konsisten. Jangan berubah-ubah hanya karena mood.
3️⃣ Penghargaan: Apresiasi ketika mereka menaati aturan, bukan hanya menegur saat melanggar.
📌 “Remaja akan lebih mudah menerima aturan jika merasa dihargai, bukan dikontrol.”
5. Menjadi Teladan, Bukan Hanya Sekadar Menasehati
Remaja lebih mudah meniru daripada mendengar ceramah panjang. Jika ingin anak menghormati kita, kita harus memberi contoh yang baik.
✔ Tunjukkan kesabaran dalam menghadapi masalah.
✔ Jangan menuntut anak melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak lakukan.
✔ Akui kesalahan jika memang kita keliru. Ini justru akan meningkatkan rasa hormat mereka.
📌 “Anak lebih menghormati orang tua yang jujur dan bisa diandalkan.”
Kesimpulan
Menghadapi remaja dengan cara yang asyik tetapi tetap dihormati memerlukan keseimbangan antara kedekatan dan ketegasan. Dengan memahami prinsip Hipnoparenting—membangun koneksi sebelum koreksi, berkomunikasi dengan bahasa yang nyaman, memberikan sugesti positif, menetapkan batasan yang bijaksana, serta menjadi teladan—kita bisa menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak.
Remaja bukan untuk dikendalikan, melainkan untuk dibimbing agar mereka bisa berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan penuh respek.
💡 “Saat anak merasa dihargai, mereka akan lebih mudah menghargai kita.”
📚 Referensi:
- Baer, R. A. (2008). Mindfulness-Based Treatment Approaches: Clinician’s Guide to Evidence Base and Applications. Elsevier.
- Siegel, D. J. (2014). Brainstorm: The Power and Purpose of the Teenage Brain. TarcherPerigee.
- Elman, J., & Wiener, D. (2016). Hypnosis in Child and Adolescent Psychotherapy. Routledge.
Semoga artikel ini bermanfaat! Jika ingin lebih dalam memahami Hipnoparenting atau mengikuti kelas-kelas parenting berbasis hipnosis, silakan kunjungi Griya Hipnoterapi MPC atau hubungi saya langsung. 😉☕
Aziz Amin | Wong Embuh
Trainer & Profesional Hipnoterapis
📍 Griya Hipnoterapi MPC, Brebes
📲 0858-6767-9796